Ada 11 Bahasa Daerah Punah, Jadi Alasan Komika Arie Kriting Ciptakan Lagu Daerah

- Minggu, 19 Maret 2023 | 20:38 WIB
Lagu Valiako Ciptaan Arie Kriting yang dibuat untuk melestarikan bahasa dan budaya daerah. (Youtube FILDAN CHANNEL) ( Youtube FILDAN CHANNEL)
Lagu Valiako Ciptaan Arie Kriting yang dibuat untuk melestarikan bahasa dan budaya daerah. (Youtube FILDAN CHANNEL) ( Youtube FILDAN CHANNEL)

 

BANTENRAYA.COM – Sebanyak 11 bahasa daerah di Indonesia dinyatakan punah, hal tersebut menjadi alasan Komika Satriaddin Maharinga Djongki alias arie kriting membuat lagi berbahasa daerah.

Menurut arie kriting ada sebanyak 718 bahasa daerah, dimana 11 daerah sudah punah dan 25 bahasa daerah terancam punah.

Untuk itu agar bisa melestarikan bahasa daerah dengan pendekatan yang disukai banyak kaum muda, maka dirinya menciptakan lagu bahasa daerah yang jenis komposer Elifas Sonaru dengan konsepnya kekinian.

arie kriting, jika lagu dibawakan secara tradisional maka hal tersebut tidak akan membuat minat anak muda. Namun, harus disesuaikan dengan kondisi sekarang.

Baca Juga: Pemerintah Malaysia Belajar Pertanian ke Kabupaten Serang untuk Pengembangan Pangan

Dimana, ada konsep lagu modern namun, bahasa yang dipakai adalah bahasa daerah, sebagaimana beberapa lagi yang sudah ada sebelumnya.

Dikutip BantenRaya.Com dari Youtube Deddy Cobuzier pada Minggu 19 Maret 2023, arie kriting menerangkan sebenarnya lagu daerah yang diciptakannya dengan judul Valiako atau dalam bahasa daerah Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara Pulang dibuat untuk melestarikan bahasa daerah.

Namun, konsep yang dibuat tidak tradisional melainkan dibuat lebih modern sesuai dengan kesukaan anak muda sekarang.

“Yah ini lagu kalua dibawakan secara tradisional maka tidak ada yang suka, sehingga disesuaikan genrenya dengan anak-anak sekarang. Tapi pakai bahasa daerah,” katanya.

Baca Juga: Makan Lagu Valiako Ciptaan Komika Arie Kriting, Dibuat Untuk Melestarikan Bahasa Daerah

Lagu tersebut sebut arie kriting, sebenarnya sudah dilakukan sejak saat 2017 lalu, selanjutnya baru diseriusi dan digarap pada masa pandemic.

Dimana, ada banyak anak-anak dan musisi dari timur yang terlibat dalam pembuatan lagu yang bernuansa kerinduan ingin pulang anak rantau tersebut.

“Yah ini sudah saya ciptakan pada saat 2017 lalu, selanjutnya pada saat pandemic itu kita ngobrol-ngobrol dan akhirnya dibuatkan composer dan lainnya,” ucapnya.

Halaman:

Editor: Wisnu A Mahendra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X