Mempercakapkan Social Enterprise

- Minggu, 22 Mei 2022 | 20:46 WIB
Riswanda PhD. (Dokumentasi pribadi.)
Riswanda PhD. (Dokumentasi pribadi.)

Oleh: Riswanda

Terma social enterprise, sering disebut juga dengan perusahaan sosial atau bisnis sosial, saat ini riuh rendah diperbincangkan.

Menggunakan frasa Riswanda (2022), sedikit banyak perbincangan berkisar persoalan bagaimana ‘menyambung daya tahan sosial selepas pandemi’? Mengapa, seberapa jauh dan menurut lensa pandang mana pertanyaan ini dapat terjawab? Kesempatan, pekerjaan dan sekaligus kebanggaan, menjadi irisan tersendiri saat Kita membicarakan jalinan dari tiang ide berbisnis dengan terpenuhinya tanggung jawab sosial.

Bisa seperti itu? Karena memang pada dasarnya konsepsi social enterprise justru terletak pada dengan cara apa re-investasi hasil keuntungan berbisnis didorong ke arah perubahan sosial.

Salah satu contoh persilangan orientasi keuntungan dan orientasi sosial dapat dilihat dari 64,5 persen dati total UMKM dipangku oleh kaum perempuan (BPS 2021).

Investasi sosial memberi arsiran peran perekonomian sekaligus pembangunan. Artinya, pembacaan social enterprise, meskipun jangan sampai hanya diartikan sebagai proyek sosial senyampang saja, membuka kesempatan baru memboyong kelompok-kelompok tertentu di dalam masyarakat yang selama ini mungkin terpinggirkan dari angkatan kerja pada umumnya.

Energi komunitas melalui social enterprise berkontribusi 1.91 persen, atau 19,4 millar rupiah, dari GDP Indonesia (British Council-UNESCAP 2018).

Melalui kajian yang sama (PLUS 2018), mencatat 75 persen pemrakarsa social enterprise berada di usia 18-44 tahun, dimana 46 persen mayoritas berusia 25-24 tahun. Maknanya? Millenials tertarik memasuki ekosistem bisnis dinamis dimana arah pekerjaan demi mendapatkan penghasilan, ditunjang peluang membuktikan kebermanfaatan keahlian yang dimiliki.

Riswanda PhD
Riswanda PhD

Kebanggaan bekerja, bahkan kebesarhatian menciptakan lapangan kerja di bidang usaha tertentu, menjadi penanda capaian kordial hadirnya social enterprise.

Karena memang semestinya tolak ukur penjabaran sebuah bisnis sosial termasuk adanya misi sosial, atau setidaknya misi kepedulian lingkungan — yang juga dapat diartikan sebagai lingkungan sosial (social enviro).
Dimana karakteristik lainnya ditandai oleh kemandirian bisnis berjalan, juga pemilik memiliki kendali penuh terhadap kedua misi tadi. Kenapa mesti seperti itu? Sebab kendali ini memberi keleluasaan wirausahawan sosial, katakanlah begitu, untuk memutuskan re-investasi sebagian keuntungan bisnis mereka demi kepentingan tujuan sosial — yang sedari awal menjadi marwah pendirian usaha.

Pekerjaan rumah selanjutnya, bagi penggiat social entreprise adalah mengenalkan model bisnis mereka ke publik.

Bermunculan ragam platform bisnis senada saat ini. Salah satu contoh kreatif berjiwa milenial, sebut saja Bladu (belajar langsung dapat uang).

Membawa martabat pendidikan dan pelatihan vokasi ke jejaring kerja berkebutuhan nyata, yaitu menghasilkan pendapatan. Dan sepertinya masih banyak lagi bertebaran penggagas-penggagas lain Nusantara.

Halaman:

Editor: M Hilman Fikri

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kembali membicarakan IKN

Selasa, 27 September 2022 | 17:41 WIB

RUU PRT, Lalai Anasir Perlindungan Anak

Rabu, 14 September 2022 | 09:43 WIB

Makna Emotif Penataan Kebijakan Sosial

Sabtu, 20 Agustus 2022 | 15:49 WIB

Melampaui Perbahasan Stunting

Selasa, 2 Agustus 2022 | 09:53 WIB

Hal Ihwal Desain Kesejahteraan Publik

Rabu, 20 Juli 2022 | 06:17 WIB

Cut off Inovasi Muluk, Bidik Pangkal Masalah

Sabtu, 2 Juli 2022 | 16:44 WIB

Mendendangkan Kebijakan Vokasi, Sudah Jitu kah?

Jumat, 24 Juni 2022 | 03:31 WIB

Mempercakapkan Social Enterprise

Minggu, 22 Mei 2022 | 20:46 WIB

Stigma yang Terlupakan

Selasa, 17 Mei 2022 | 11:00 WIB

Payung Pelindung Ruang Aman bagi Perempuan

Jumat, 6 Mei 2022 | 08:10 WIB

Dialektika Kebijakan, dan Bukan Drama

Jumat, 6 Mei 2022 | 07:00 WIB

Titian Perkotaan dan Perdesaan

Jumat, 6 Mei 2022 | 01:06 WIB

ATM Beras sampai Subsidi, Ukuran Sejahtera?

Senin, 18 April 2022 | 15:24 WIB

Conundrum Cuti Bersama dan Teguran Berempati

Minggu, 17 April 2022 | 13:37 WIB

Fakta Menarik Politik, Seputar Lingkaran Mistis

Sabtu, 2 April 2022 | 05:53 WIB

Bangga Buatan Indonesia, Mau Dibawa Kemana?

Jumat, 1 April 2022 | 06:22 WIB

Kekusutan Minyak Goreng dan Filosofi Batman

Sabtu, 12 Maret 2022 | 06:02 WIB

Terpopuler

X