ATM Beras sampai Subsidi, Ukuran Sejahtera?

M Hilman Fikri
- Senin, 18 April 2022 | 15:24 WIB
Riswanda PhD. (Dokumentasi pribadi.)
Riswanda PhD. (Dokumentasi pribadi.)

Oleh: Riswanda

Upaya pemerintah Indonesia mengendalikan perlambatan ekonomi cukup tampak. Meski pertanyaan besarnya bisa jadi terletak pada pertanyaan apakah: 1) ikhtiar tersebut termasuk pemecah masalah; 2) justru bagian dari masalah itu sendiri; 3) pencetus masalah baru.

Sorotan Riswanda (2022, 27 Februari) mengisyaratkan penggunaan nalar kritis dalam sebuah dialektika kebijakan. Apa maksudnya? Matlamat kehadiran negara di persoalan publik seharusnya merujuk pada model yang terasah falsafah dan terolah riset (Riswanda 2022).

Cetak biru dan eksekusi kebijakan pastinya dapat dimulai dengan pemahamam nilai definitif dan mungkin sedikit deskriptif. Meskipun, peran pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk mampu memahami perencanaan wilayah secara terukur dan multi-aspek, menjadi frasa kunci menimbang kompleksitas permasalahan wilayah saat ini. 'Silaturahmi pemikiran dan arsitektur sosial' misal (Riswanda 2022, 12 Maret) bisa mengawali kecakapan rumusan kebijakan publik. Kenapa harus seperti itu?

Diskusi lintas toga dan toma tampaknya mewarnai banyak program-program kewilayahan. ATM Beras seperti baru saja diinisiasi DKM Masjid Nurul Huda Tanjung Alam, Nagari Biaro Gadang, Kabupaten Agam Sumatera Barat laik dicatat sebagai inovasi. ATM yang serius mengucurkan beras bagi fakir miskin dan anak yatim dhuafa.

Penelitian kolaboratif antara UNPAR, Kemenko PMK dan FES, ‘The innovation village: human development, culture and pandemic period’ (Riswanda, Hermawan 2022) menggarisbawahi bagaimana seharusnya semua pendekatan normatif dan visioner diterjemahkan ke dalam usulan program aksi.

Riswanda
Riswanda

Keterpaduan intervensi struktural dan intervensi non-struktural (seperti yang ditunjukkan Nagari Biaro Gadang) tampaknya diperlukan saat ini. Lebih dari sekadar pengulangan strategi lama dengan nama dan kemasan baru. Apa sebab? Menekan inflasi dengan rentetan gelembung subsidi kemungkin tidak akan tahan lama.

Mengutip ulasan data BPS oleh Suara (2022), prosentase penggunaan pendapatan masyarakat masih condong ke arah konsumsi. Dua puluh persen masyarakat menghabiskan enam pulum empat persen pendapatan untuk makanan. Artinya, lonjakan harga kebutuhan pokok sulit diatasi santunan sementara, atau derma populis dan bukan sorotan perbaikan logistik.

Seperti kupasan ‘Subsidi Upah Pegawai Penghasilan 3,5 juta’ (Sorotan Riswanda 2022, 13 April. Upaya menubuhkan pendekatan humanis-inovatif dari pakem ajeg pendekatan administratif tentu layak mendapat pujian, setidaknya secara tinjauan kanal komunikasi publik.

Aspek tertinggal mungkin pada perencanaan tindak lanjut aksi multi-pemangku kepentingan tersebut. Cenderung berhenti di tataran tanda tangan komitmen petisi dan konsensus di atas kertas.

Terlepas dari definisi teksbook dari pengelolaan keuangan, kebaruan inovasi apa yang dapat disertakan dalam rangka mengoptimalkan fungsi penggunaan anggaran negara? Pengelolaan keuangan negara di era 'massif data' seperti saat ini membutuhkan lebih dari sekadar penjabaran konsep normatif.

Pengedepanan transformasi digital berbasis data adalah salah satu inovasi.
Bagaimana meningkatkan trust dunia usaha terhadap fungsi layanan perizinan (bebas bajul)? Seperti pada sengkarut minyak goreng, dimana solusi kebijakan memalingkan sedikit kelangkaan ke kondisi kemahalan sekarang.

Langkah klasik tentu layak diteruskan jika efektivitas aksi di lapangan tercatat berhasil, dan bukan hanya mencapai luaran target. Normalisasi dan simbol kekuasaan sekadar menyelesaikan sebagian masalah saja, sedang politisasi permasalahan hanya akan membangun relasi kekuasaan, alih-alih menghasilkan rajutan solusi yang dibutuhkan.

Halaman:

Editor: M Hilman Fikri

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kembali membicarakan IKN

Selasa, 27 September 2022 | 17:41 WIB

RUU PRT, Lalai Anasir Perlindungan Anak

Rabu, 14 September 2022 | 09:43 WIB

Makna Emotif Penataan Kebijakan Sosial

Sabtu, 20 Agustus 2022 | 15:49 WIB

Melampaui Perbahasan Stunting

Selasa, 2 Agustus 2022 | 09:53 WIB

Hal Ihwal Desain Kesejahteraan Publik

Rabu, 20 Juli 2022 | 06:17 WIB

Cut off Inovasi Muluk, Bidik Pangkal Masalah

Sabtu, 2 Juli 2022 | 16:44 WIB

Mendendangkan Kebijakan Vokasi, Sudah Jitu kah?

Jumat, 24 Juni 2022 | 03:31 WIB

Mempercakapkan Social Enterprise

Minggu, 22 Mei 2022 | 20:46 WIB

Stigma yang Terlupakan

Selasa, 17 Mei 2022 | 11:00 WIB

Payung Pelindung Ruang Aman bagi Perempuan

Jumat, 6 Mei 2022 | 08:10 WIB

Dialektika Kebijakan, dan Bukan Drama

Jumat, 6 Mei 2022 | 07:00 WIB

Titian Perkotaan dan Perdesaan

Jumat, 6 Mei 2022 | 01:06 WIB

ATM Beras sampai Subsidi, Ukuran Sejahtera?

Senin, 18 April 2022 | 15:24 WIB

Conundrum Cuti Bersama dan Teguran Berempati

Minggu, 17 April 2022 | 13:37 WIB

Fakta Menarik Politik, Seputar Lingkaran Mistis

Sabtu, 2 April 2022 | 05:53 WIB

Bangga Buatan Indonesia, Mau Dibawa Kemana?

Jumat, 1 April 2022 | 06:22 WIB

Kekusutan Minyak Goreng dan Filosofi Batman

Sabtu, 12 Maret 2022 | 06:02 WIB

KKB, Arsitektur Sosial dan Silaturahmi Pemikiran

Sabtu, 12 Maret 2022 | 05:53 WIB
X