Bangga Buatan Indonesia, Mau Dibawa Kemana?

- Jumat, 1 April 2022 | 06:22 WIB
Riswanda PhD. (Dokumentasi pribadi.)
Riswanda PhD. (Dokumentasi pribadi.)

Melihat sejumlah produk regulasi eksisting seperti sertifikasi halal, social security (jaminan sosial), standar ISO, belum termasuk kisruh minyak goreng, penggiat tampaknya dihadapkan pada hambatan peran serta mereka untuk mendahulukan produk dalam negeri.

Dalam acara Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia, seperti dikutip di awal, Presiden Joko Widodo mewajibkan belanja barang dan jasa pemerintah pusat dan daerah melalui e-katalog. Pemerintah menargetkan pembelian produk melalui e-katalog mencapai 400 triliun rupiah.

Jokowi meminta Kepala daerah, gubernur, wali kota, bupati, serta lembaga dan kementerian untuk memprioritaskan UMKM masuk e-katalog. Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ikut diminta memantau pengadaan barang dan jasa pemerintah pusat dan daerah.

Pertanyaannya kemudian, apa yang menyebabkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia belum berjalan dengan baik? Mengapa sebagian pemerintah daerah,lembaga dan kementerian masih enggan membeli produk lokal? Adakah kepentingan yang membuat gerakan ini belum berjalan dengan maksimal? Adakah upaya tepat-sasar, sehingga gerakan itu bisa berjalan secara optimal?

Sistem perencanaan nasional yang mampu menyentuh akar permasalahan seyogyanya dibangun di atas penjabaran 'praxis'. Atau merupakan konsepsi dari realitas permasalahan nasional. Arsiran aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam seringkali terlupakan untuk dicari irisan antisipasi dan solusinya.

Melirik kembali Negeri Kangguru, ucap tulis ‘proudly lokals’ hadir di banyak kebutuhan keseharian, bernilai plus turut membantu publik berdaya beli lemah. Tidak kalah banting secara kualitas dan harga dengan banjir produk impor negeri tiongkok. Artinya, kacamata ekonomi berpadan akrab kacamata sosial “happening” disini.

Bahkan berbungkus lensa budaya nasional ‘proudly Aussie’ misalnya. The official site of Australian Made, The mark of Aussie authenticity, hanya salah satu contoh kecil bagaimana irisan ekonomi-politik beririsan pendekatan sosial-budaya. Kebaruan perspektif di era disrupsi seperti saat ini.

Pendekatan inovatif di aspek pemgembangan pembangunan kewilayahan UMKM sebagai pemegang porsi besar produk dalam negeri, hendaknya merujuk pada basis data solid, dan bukan hanya reaksioner berbasis asumsi.
Nilai-nilai mengawang dan abtrak hasil pelatihan centang adminisrasi dan pola sertifikat berkala, cenderung telah terkikis zaman. Pendekatan kontemporer, semisal bagaimana memastikan kapasitas dan kapabilitas penggiat UMKM, serta Dinas eksekutor terkait di daerah bekerja profesional sesuai bidang keahlian — fit and proper— termasuk pekerjaan rumah selanjutnya.

Rincian langkah pemberdayaan komunitas ekonomi kreatif digital di jenjang mikro, dapat dimulai dengan setidaknya baseline data pemetaan unsur kelembagaan komunitas per wilayah target. Kajian perencanaan wilayah, seperti ketahanan sosial-budaya-ekonomi ‘proudly Indonesian’ katakanlah begitu, tidak cukup dengan mendorong diterapkannya definisi usang perencanaan tiga dekade lampau.

Penulis adalah associate professor analis kebijakan publik di Untirta

 

Halaman:

Editor: M Hilman Fikri

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kembali membicarakan IKN

Selasa, 27 September 2022 | 17:41 WIB

RUU PRT, Lalai Anasir Perlindungan Anak

Rabu, 14 September 2022 | 09:43 WIB

Makna Emotif Penataan Kebijakan Sosial

Sabtu, 20 Agustus 2022 | 15:49 WIB

Melampaui Perbahasan Stunting

Selasa, 2 Agustus 2022 | 09:53 WIB

Hal Ihwal Desain Kesejahteraan Publik

Rabu, 20 Juli 2022 | 06:17 WIB

Cut off Inovasi Muluk, Bidik Pangkal Masalah

Sabtu, 2 Juli 2022 | 16:44 WIB

Mendendangkan Kebijakan Vokasi, Sudah Jitu kah?

Jumat, 24 Juni 2022 | 03:31 WIB

Mempercakapkan Social Enterprise

Minggu, 22 Mei 2022 | 20:46 WIB

Stigma yang Terlupakan

Selasa, 17 Mei 2022 | 11:00 WIB

Payung Pelindung Ruang Aman bagi Perempuan

Jumat, 6 Mei 2022 | 08:10 WIB

Dialektika Kebijakan, dan Bukan Drama

Jumat, 6 Mei 2022 | 07:00 WIB

Titian Perkotaan dan Perdesaan

Jumat, 6 Mei 2022 | 01:06 WIB

ATM Beras sampai Subsidi, Ukuran Sejahtera?

Senin, 18 April 2022 | 15:24 WIB

Conundrum Cuti Bersama dan Teguran Berempati

Minggu, 17 April 2022 | 13:37 WIB

Fakta Menarik Politik, Seputar Lingkaran Mistis

Sabtu, 2 April 2022 | 05:53 WIB

Bangga Buatan Indonesia, Mau Dibawa Kemana?

Jumat, 1 April 2022 | 06:22 WIB

Kekusutan Minyak Goreng dan Filosofi Batman

Sabtu, 12 Maret 2022 | 06:02 WIB

KKB, Arsitektur Sosial dan Silaturahmi Pemikiran

Sabtu, 12 Maret 2022 | 05:53 WIB
X