BANTENRAYA.COM – Seperti diketahui, ketegangan di perbatasan Ukraina dan Rusia kembali meningkat sejak Rusia dilaporkan mengerahkan lebih dari 100 ribu pasukannya ke zona terdepan.
Dari rencana serangan tersebut, Rusia mengacam Ukraina, dengan cara Rusia mengibarkan bendara untuk berperang kepada Ukraina.
Dilansir bantenraya.com dari media AFP (Agence France Presse), mengungkap kengerian yang akan terjadi jika serangan skala penuh oleh pasukan Rusia ke Ukraina betul-betul terlaksana pada Sabtu, 29 Januari 2022.k
Baca Juga: Lanjutan Liga 1: Arema Bungkam Persipura, 18 Pertandingan Tanpa Kalah Singo Edan Berlanjut
“Jika itu dilepaskan di Ukraina, itu akan signifikan, sangat signifikan, dan akan mengakibatkan sejumlah besar korban,” kata Jenderal Mark Milley, Kepala Staf Gabungan Militer Amerika Serikat.
“Dan anda bisa membayangkan seperti apa itu di daerah perkotaan yang padat, di sepanjang jalan dan sebagainya. Itu akan mengerikan, itu akan mengerikan,” lanjutnya.
Senada dengan Milley, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin meminta agar konflik di Ukraina dihindari dengan diplomasi.
Baca Juga: Percepat Layanan Informasi, Kementerian ESDM Luncurkan Portal Geologi, Ini Fungsinya
Meskipun, dia paham bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumpulkan bala militernya.
“Konflik tidak bisa dihindari. Masih ada ruang dan waktu untuk diplomasi,” kata Austin.
“Tuan Putin juga bisa melakukan hal yang benar, tidak ada alasan bahwa situasi ini harus berubah menjadi konflik. Sehingga dapat memilih untuk mengurangi ketegangan dan dapat memerintahkan pasukannya pergi,” katanya.
Baca Juga: 1 Menit Yang Lalu, Ini Kode Redeem FF 29 Januari 2022 Terbaru
Kedua pejabat tinggi militer AS yang dalam beberapa hari terakhir ini diam atas meningkatnya ketegangan di Eropa Timur itu, terpaksa muncul ke publik.
Mereka beralasan tidak ada tanda-tanda terobosan dalam upaya diplomatik untuk menghindari konflik terbuka antara Rusia dan Ukraina.
Mereka menyebut Rusia terus menambah pasukannya yang diarahkan ke Ukraina, dengan berbagai unit dan kemampuan ofensif, termasuk baju besi, kekuatan udara, kekuatan angkatan laut, rudal, dan operasi siber dan politik.
Baca Juga: Chip Gratis Hingga 50B, Ini Kode Penukaran Higgs Domino Island 29 Januari 2022
Sementara itu, Milley mengaku tidak percaya Putin telah membuat keputusan untuk berperang.
Dia menyebut pihak Rusia juga akan menderita dari konflik tersebut.
“Jika perang pecah dalam skala dan cakupan yang memungkinkan, penduduk sipil akan sangat menderita,” kata Milley.
Baca Juga: Sukses Besar Sebagai Web Series, Layangan Putus Kini Bakal Tayang di Layar Kaca
“Rusia sendiri akan menderita. Jika Rusia memilih untuk menyerang Ukraina, itu tidak akan bebas biaya, dalam hal korban atau efek signifikan lainnya,” tambahnya.
Untuk diketahui, hubungan Ukraina dengan Rusia telah memanas sejak Februari 2014, yakni ketika massa antipemerintah berhasil melengserkan mantan Presiden Ukraina, yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych.
Namun, Rusia menentang dan memandang hal tersebut sebagai kudeta yang memanas. ***

















