BANTENRAYA.COM – Dalam rangka menuju kehadiran energi terbarukan, Pemerintah Provinsi atau Pemprov Banten mulai menggerakkan langkah besar melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau PLTB yang rencananya akan dilakukan di kawasan pesisir selatan.
Proyek ini diproyeksikan akan menjadi salah satu pengembangan energi angin terbesar di wilayah barat Pulau Jawa.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Banten, Ari James Faraddy, yang mengatakan jika PLTB tersebut akan membentang dari area sekitar Taman Nasional Ujung Kulon hingga mendekati Pelabuhan Ratu, dengan estimasi kapasitas mencapai 200 megawatt (MW).
“Untuk PLTB, itu sudah ada beberapa investor yang siap masuk, dan saat ini sedang melakukan monitoring untuk mengumpulkan data potensialnya,” kata Ari, Minggu, 7 Desember 2025.
Ari menjelaskan, meskipun para investor sudah mulai menaruh perangkat monitoring untuk membaca pola angin di titik-titik potensial, namun proses pengumpulan datanya tidak bisa instan.
BACA JUGA: Banyak PLTU Berdiri, 41.000 Rumah di Provinsi Banten Belum Teraliri Listrik
“Ini bukan soal pasang alat seminggu lalu selesai. Pengamatan angin itu harus berbulan-bulan, bahkan minimal setahun,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa, karakter angin di setiap lokasi sangat berbeda, sehingga pemilihan ketinggian menara turbin, kecepatan angin rata-rata, hingga densitas udara harus dihitung secara presisi. Kesalahan kecil bisa membuat efisiensi turbin merosot dan biaya pembangunan membengkak.
“Jadi memang harus diteliti secara komprehensif ya, Harus tahu di ketinggian berapa meter, kecepatannya berapa. Jangan sampai sudah menempatkan PLTB di sini dan ketinggiannya 10 meter, ternyata angin yang paling concern-nya 12 meter. Salah lagi. Kan pembangunan sudah mahal,” terang Ari.
Menurut Ari, Banten punya potensi angin yang kompetitif, baik di daratan maupun di lepas pantai. Karena itu, minat investor untuk membangun wind farm baik onshore maupun offshore mulai berdatangan.
“Banyak investor yang mau masuk, ada yang mau memasang (alat) di darat, dan ada juga yang akan memasang di laut,” ujarnya.
BACA JUGA: Wacana Suntik Mati PLTU Suralaya, Kepala DLHK Banten Usulkan Penggunaan Co-Firing
Di luar proyek PLTB, Ari menambahkan, pengembangan energi terbarukan di Banten juga sudah masuk dalam peta jalan PT PLN lewat RUPTL. Termasuk di dalamnya rencana pengembangan energi panas bumi serta pembangkit listrik tenaga surya.
Bahkan, Ari membocorkan bahwa Banten akan menjadi lokasi PLTS terbesar di Indonesia, yang direncanakan hadir di Kabupaten Lebak dengan kapasitas 400 MW.
“Ini bagian dari percepatan transisi energi di Banten. ujarnya.
Ari mengatakan, dorongan untuk membangun lebih banyak energi hijau di Banten bukan tanpa alasan. Sistem kelistrikan Jawa–Madura–Bali (Jamali) masih bertumpu pada pembangkit batu bara hingga di angka 12.000 MW. Ari menilai, ini adalah saatnya untuk mulai mengurangi ketergantungan tersebut.
“Bagaimana kita bisa mengurangi emisi kalau kita tidak membangun sebanyak-banyaknya EBT (Energi Baru Terbarukan) di Banten? Begitu kan?,” imbuh Ari.
BACA JUGA: Wacana Suntik Mati PLTU Suralaya, Kepala DLHK Banten Usulkan Penggunaan Co-Firing
Ari melanjutkan, rencana pembangunan PLTB di pesisir selatan nantinya akan terkoneksi ke jaringan kelistrikan Jamali agar pasokan listrik semakin stabil.
“Kita kan tinggal di Jamali. Jangan sampai satu titik down, mati semua, fokus kita ke situ,” lanjutnya.
Saat ditanya target, Ari menegaskan pihaknya belum dapat menetapkan target waktu pembangunan karena studi kelayakan dan desain teknis masih dikerjakan.
“Kita si berharap sebelum tahun 2034, sesuai dengan rencana umum penyelesaian penelitian FS-nya. Tapi mudah-mudahan sudah ya,” tandasnya.***

















