BANTENRAYA.COM – Produksi padi di Provinsi Banten tahun 2025 meningkat signifikan. Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten, total produksi mencapai 1,80 juta ton, atau naik 250 ribu ton dibanding tahun 2024 lalu.
Kepala Distan Provinsi Banten, Agus M Tauchid, mengatakan peningkatan padi ini tidak lepas dari keberhasilan program pemerintah pusat dan daerah dalam memperkuat sektor pertanian, terutama lewat pembangunan jaringan irigasi dan pompanisasi.
“Program ini sangat dirasakan oleh petani padi. Mereka kini tidak lagi khawatir gagal tanam maupun gagal panen saat musim kemarau, karena air tersedia dengan baik,” ujarnya, Kamis (13/11/2025).
Agus menjelaskan, program tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2025 tentang percepatan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi untik padi Berkat program itu, Banten kini menempati peringkat kedelapan nasional sebagai daerah dengan produksi padi tertinggi.
BACA JUGA : Distan Banten Ajukan 70 KM Jalan Usaha Tani, Pembangunan Difokuskan pada Sentra Padi
Diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas panen padi di Banten tahun 2025 mencapai 347,70 ribu hektare, meningkat 16,25 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan luas panen ini didorong oleh optimalisasi lahan non rawa yang kini produktif untuk pertanian.
Agus menjelaskan, pemerintah juga berupaya menjaga kesejahteraan petani padi melalui kebijakan penurunan harga pupuk subsidi sebesar 20 persen. Langkah ini diharapkan membantu petani menekan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas hasil panen.
“Ini bentuk komitmen pemerintah untuk menyejahterakan petani padi dan menjaga harga beras tetap stabil,” jelasnya.
Ia juga menyebut, kualitas beras asal Banten kini semakin diminati sejumlah daerah lain di Indonesia. Karena itu, pihaknya berkomitmen menjaga mutu produksi sekaligus memperluas inovasi di sektor pertanian.
Menurut Agus, Gubernur Banten Andra Soni juga mendorong peningkatan pendapatan petani dengan memberikan bantuan usaha ternak seperti ayam dan kambing agar petani tidak hanya bergantung pada padi.
“Kami ingin petani punya tambahan penghasilan dari sektor lain, supaya ekonomi mereka lebih kuat dan berkelanjutan,” jelasnya.
Selain itu, Agus juga menerangkan jika pihaknya saat ini tengah mengembangkan konsep smart farming dan urban farming.
BACA JUGA : Optimistis Produksi Padi Banten Bisa Tembus 2 Juta Ton
“Ya ini adalah konsep yang memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk menanam komoditas seperti cabai, tomat, dan buah anggur, dalam rangka kita meningkatkan produksi lokal,” pungkasnya.
Produktifitas Padi di Banten Meningkat
Sementara itu, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Banten, Oong Sahroni, mengapresiasi langkah pemerintah yang dinilai berhasil meningkatkan produktivitas padi sekaligus kesejahteraan petani. Ia mengatakan, stabilnya harga gabah dan turunnya biaya produksi menjadi faktor utama meningkatnya pendapatan petani.
Oong menilai, sektor pertanian Banten kini tengah bertransformasi menuju sistem pertanian modern berbasis teknologi dan inovasi. KTNA, kata dia, aktif memberikan pelatihan dan pendampingan agar petani mampu mengakses pasar secara digital dan meningkatkan daya saing produk.
“Kami dorong petani di Banten untuk melek teknologi dan mampu memasarkan hasilnya secara digital. Dengan begitu, hasil panen mereka bisa punya nilai tambah dan lebih kompetitif,” tegasnya.
Menurutnya, kemandirian petani hanya bisa tercapai jika mereka mampu mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Karena itu, KTNA terus mendorong penerapan sistem pertanian presisi yang ramah lingkungan.
“Petani harus jadi pelaku utama dalam menentukan masa depan pertanian. Kalau petaninya maju, sektor pertanian pun akan kuat,” tandasnya. (***)
















