BANTENRAYA.COM – Piala Dunia 2022 Qatar akan dimulai hari ini, 20 November 2022.
Namun, gaung Piala Dunia 2022 kali ini tidak sekencang seperti kemeriahan Piala Dunia biasanya.
Apa yang menyebabkan hal tersebut? Mengapa Piala Dunia 2022 terasa lebih sepi?
Baca Juga: Coba Link Tes Ujian Docs Google Form Ini, Tingkat Kemarahan Seseorang Bisa Diketahui
Salah satu yang menjadi sebab adalah penyelenggaraan Piala Dunia 2022 yang tidak sesuai kebiasaan atau seperti diistilahkan melawan sejarah Piala Dunia.
Diketahui, penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar menjadi event pertama Piala Dunia yang digelar pada akhir tahun atau menjelang musim dingin.
Kalau dilihat dari 22 penyelenggaraan Piala Dunia lainnya yang sudah dilaksanakan sejak 1930, selalu digelar menjelang atau selama musim panas yakni antara Mei, Juni, dan Juli.
Baca Juga: 33 Link Twibbon Piala Dunia 2022 Qatar, Unggah di Media Sosial Sebagai Bentuk Dukungan
Di mana pada bulan-bulan tersebut, hampir rata-rata liga sepak bola di dunia sudah menyelesaikan perjalanan satu musimnya.
Sementara, Piala Dunia 2022 berlangsung saat liga-liga sepakbola di dunia masih berjalan. Yang akhirnya memaksa liga-liga berhenti di tengah musim.
Misalnya, Liga Premier Inggris, yang baru menyelesaikan pertandingan pekan ke-15 pada 13 November lalu. Sedangkan Piala Dunia 2022 dimulai pada 20 November. Itu artinya hanya ada jarak tujuh hari dari perhelatan Piala Dunia 2022.
Jeda waktu yang sangat sedikit ini juga membuat persiapan tim nasional sangat mepet menjelang Piala Dunia 2022.
Apalagi, kalau dilihat dari sisi mood atau atmosfer kerasnya persaingan di liga lokal yang masih sangat terasa, tiba-tiba Piala Dunia 2022 hadir. Tentu hal ini akan menjadi persoalan tersendiri bagi para pemain dan juga tim yang akan bertanding.
Ditambah lagi, saat dimulai Piala Dunia 2022 di November ini, suhu Qatar mencapai 40 derajat Celcius. Kondisi tersebut dikhawatirkan bisa memicu dehidrasi terutama bagi pemain.
Walaupun pada Desember suhunya lebih rendah yakni di kisaran 33-34 derajat Celcius pada siang hari dan 26 derajat Celcius pada malam hari. Suhu di Qatar tetap dinilai lebih panas dibandingkan rata-rata suhu normal Eropa utara.
Akibatnya, para pemain dipaksa memaksimalkan fisik mereka demi pertandingan sehingga akan membebani jantung, paru-paru, dan sistem peredaran darah. Tentunya hal tersebut dikhawatirkan bisa membahayakan kondisi pemain khususnya yang berasal dari daratan eropa.
Selain penyelenggaraan Piala Dunia 2022 yang tidak sesuai kebiasaan, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan Piala Dunia kali ini terkesan lebih sepi dibanding Piala Dunia lainnya.
Berikut hal-hal lain yang menyebabkan gaung Piala Dunia 2022 tidak semeriah biasanya dikutip Bantenraya.com dri berbagai sumber :
1. Kurang populernya theme song Piala Dunia 2022 juga menjadi alasan lain mengapa Piala Dunia Qatar nampak sepi.
Theme song Piala Dunia 2022 Hayya Hayya (Better Together) sebenarnya sudah dirilis sejak April 2022 atau tujuh bulan sebelum gelaran Piala Dunia 2022.
Namun, theme song yang dinyanyikan oleh Trinidad Cardona, Davido, dan Aisha tersebut kurang populer.
Video musiknya yang dirilis di platform Youtube baru ditonton 32,6 juta menjelang Piala Dunia 2022 dibuka.
2. Terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sejak 2010 dibarengi dengan sejumlah kontroversi.
Negara yang beribukota di Doha tersebut dicurigai telah menyuap sejumlah pejabat FIFA untuk menjadi tuan rumah.
Mantan Presiden FIFA Sepp Blater, mantan Presiden UEFA Michel Platini, serta 16 pejabat FIFA bahkan ikut terseret.
Negara di kawasan Teluk berpenduduk 2,8 juta tersebut mengalahkan Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
3. Qatar juga banyak dikecam karena dinilai banyak melakukan pelanggaran HAM terhadap pekerja migran dan kaum wanita.
The Guardian melaporkan setidaknya 6.500 pekerja migran dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka tewas di Qatar sejak ditunjuk tuan rumah. Kebanyakan dari mereka adalah pekerja konstruksi.
4. Mahalnya biaya penginapan di Qatar.
Menurut hoteliermiddleeast.com, sewa hotel bintang 2 di Doha berkisar US$ 120 atau Rp 1,9 juta sementara hotel bintang 5 di kisaran US$ 769 atau Rp 12 juta per malam.
Panitia memang menyediakan penyewaan kabin di Free Zone fan village yang lebih terjangkau dan berlokasi 20 menit dari Doha. Sewa kamar termurah di tempat tersebut berkisar US$ 114 per malam atau sekitar Rp 1,8 juta.
5. Qatar melarang lesbian, gay, bisexual and transgender (LGBT) dan free sex. Sementara tidak sedikit pengunjung Eropa yang menganut kebiasaan yang dilarang agama ini.
6. Qatar melarang penjualan alkohol secara bebas selama gelaran Piala Dunia 2022.
Qatar masih mengizinkan penonton untuk membeli bir tiga jam sebelum kick off dan satu jam setelah peluit berakhirnya pertandingan dibunyikan.
Namun, penonton dilarang membeli bir selama pertandingan berlangsung. Harga bir juga tidak murah yakni US$ 13,73 untuk satu botol berisi 500 ml atau sekitar Rp 215.300.
7. Tiket pertandingan yang mahal.
Reuters menyebut, tiket pertandingan untuk pertandingan final rata-rata dibanderol US$ 812 atau Rp 12,7 juta. Tiket tersebut 40% lebih mahal dibandingkan pada final Piala Dunia 2018 di Rusia.
Studi Keller Sports juga menyatakan rata-rata tiket pertandingan di Piala Dunia Qatar mencapai 286 pounds atau Rp 538.252. Harga tersebut menjadi yang termahal dalam 20 tahun terakhir.
8. Banyaknya platform yang menyiarkan media atau berita seputar Piala Dunia.
Bila dulu masyarakat hanya bisa mengakses pertandingan atau berita seputar Piala Dunia melalui televisi maka sekarang sejumlah platform sudah tersedia.
Terdapat broadcaster yang menyediakan siaran pertandingan secara gratis tetapi ada pula platform berbayar yang juga menyiarkan pertandingan yang bisa diakses kapanpun.
Dengan adanya banyak platform maka perhatian penonton tidak bertumpu pada satu media sehingga keriuhan pun terpecah.
Demikian beberapa penyebab gaung gelaran Piala Dunia 2022 tampak lebih sepi dari biasanya.
Dengan sejumlah persoalan yang membayangi Piala Dunia 2022 tersebut, menarik ditunggu apakah Piala Dunia tahun ini memang akan menjadi event yang sepi atau sebaliknya akan berbalik arah menjadi penuh keriuhan setelah peluit kick off dibunyikan. ***



















