BANTENRAYA.COM – Ekonom Dunia Ruchir Sharma meminta pemerintah mengakui jika kondisi ekonomi tengah krisis.
Kata Ruchir Sharma pengakuan penting agar pemerintah bisa mencarikan solusi dan kebijakan yang tepat.
Ruchir Sharma Juga menyoroti reformasi ekonomi untuk mencapai pertumbuhan dalam 4 sampai 5 tahun ke depan sebesar 5 persen.
Sebab jika tidak, kata Ruchir, maka tidak akan ada kebijakan yang bersifat bisa mengubah kondisi ekonomi jika pemerintah bertahan dengan pencitraan ekonomi.
Pernyataan Ruchir Sharma
Ia menjelaskan, kenyataan waktu terbaik bagi suatu negara melakukan formasi ekonomi adalah ketika ada krisis. Jika semuanya baik-baik saja, maka tidak akan menunjukan perubahan kebijakan ekonomi.
“Untuk berubah, satu negara melakukan reformasi ekonomi adalah saat krisis antara terdesak,” jelasnya, sebagaimana dikutip dari Youtube Rhenald Kasali, Sabtu 13 September 2025.
Menurut Ruchir yang merupakan Chairman Rockefeller sekaligus Advisor di Dewan Ekonomi Internasional, jika pemerintah masih mengatakan semuanya masih baik-baik saja, tidak akan ada urgensi kebijakan yang diambil.
Satu-satunya kesempatan melakukan reformasi ekonomi adalah Ketika kondisi ekonomi di Indonesia terdesak dan tidak memiliki pilihan lain.
Baca Juga: Adu Kamera HUAWEI Pura 80 Ultra vs iPhone 17 Pro, Siapa yang Paling Gahar?
“Saya pikir, karena Presiden ini relative baru yang perlu dilakukan di tahap awal ini adalah mengatakan bahwa. Oke ini masalah-masalah yang kita hadapi saya merasakan penderitaan rakyat,” ungkapnya.
“Saya akan ambil langkah ini agar dalam 4 sampai 5 tahun kedepan Indonesia bisa mencapai pertumbuhan, bahkan 5 persen,” ujarnya.
Ruchir menegaskan, pemerintah harus secara realistis menyampaikan jika Indonesia belum tumbuh. Dibandingkan, mengatakan tumbuh tapi tidak ada alasan yang mendukungnya.
“Saya pikir hal pertan adalah mengakui bahwa ada masalah hari ini di Indonesia, ada krisis pertumbuhan ekonomi, ada krisis kepercayaan di kalangan banyak pelaku usaha,” tuturnya.
“Jadi krisi itu harus dimanfaatkan menciptakan sebuah peluang,” jelasnya.
Ruchir menegaskan, dirinya percaya seorang politikus pasti bisa merasakan kondisi sebenarnya dari masyarakat, sehingga pada akhirnya bisa menciptakan kondisi ekonomi yang tumbuh.
“Tapi saya pikir para politisi dan saya harap begitu, cukup pintar mereka tidak Akan sebodoh itu,” ujarnya.
“Mereka mungkin mengatakan sesuatu untuk pencitraan tapi dalam hati, saya pikir mereka cukup pintar untuk rasakan apa yang sebenarnya dirasakan rakyat,” jelasnya.
Ruchir Sharma menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak pada angka 5 persen.
“Tidak ada bukti jika ekonomi Indonesia itu tumbuh di 5 persen, misalnya anda lihat konsumsi baik itu mobil atau semen, semua menunjukkan perlambatan secara signifikan,” jelasnya.
Selanjutnya, papar Ruchir, saat mengamati pasar modal di Indonesia mencerminkan pendapatan perusahaan-perusahaan di Indonesia di Pasar MOdal dengan performa turun di antara pasar modal yang ada di dunia.
“Menurut saya banyak ketidakpastian tentang kebijakan-kebijakan baru. Tapi sepertinya banyak ketidakpastian,” jelasnya.
Masalah lainnya yang dihadapi ekonomi Indonesia, jelas Ruchir, adalah China Shock, dimana produk China banjir di pasar Indonesia.
Hal itu menjadikan lapangan pekerjaan menurun, sektor manufaktur berhenti dan juga teknologi lemah dalam bersaing.
“Satu sisi baik bagi konsumen karena mendapatkan barang yang sangat murah. Namun, sisi lain sektor industri, manufaktur dan tenaga kerja berhenti,” katanya.
“Karena barang luar negeri atau China membanjiri pasar Asean termasuk Indonesia,” pungkasnya. ***



















