BANTENRAYA.COM – Lima tahun lalu, Uyok (59) menjadi salah satu korban longsor dan banjir bandang di Kabupaten Lebak. Harta bendanya lenyap dan rumahnya hancur. Secara terpaksa, Uyok kemudian tinggal di hunian sementara (huntara) di Kampung Cigobang, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak yang dibangun seadanya bersama para korban lainnya.
Sejak tahun 2020 Uyok tinggal di huntara itu sambil menunggu janji pemerintah untuk segera membangunkan hunian tetap (huntap) yang hingga saat ini belum juga teralisasi. Selama penantian itu, Uyok mengaku kesulitan dan hidup dengan serba keterbatasan. Namun ia dan keluarga lainnya terpaksa bertahan dengan hunian darurat yang dibangun secara ala kadarnya dengan menggunakan terpal dan bambu, ada juga yang menggunakan asbes.
“Sejak rumah saya hancur diterjang longsor dan banjir, saya dan keluarga hanya bisa tinggal di rumah semi permanen yang dibangun dari bantuan, bahkan swadaya, sudah lima tahun kami menunggu huntap, tapi sampai sekarang belum ada kejelasan,” kata Uyok pada Senin, 7 April 2025.
Ia mengungkapkan, sebelumnya sekitar ratusan warga menghuni huntara dengan alasan menunggu janji pemerintah yang akan membangunkan hunian tetap untuk warga yang terdampak. Namun, janji tersebut tidak kunjung datang. Akibatnya, sejumlah warga ada yang memilih membangun rumah ala kadarnya tanpa ada bantuan dari pemerintah.
“Kalau sekarang diperkirakan ada puluhan yah, tapi bisa lebih juga, soalnya masyarakat disitu kebanyakan bekerja sebagai petani, jadi untuk membuat rumah yang layak tidak memiliki dana,” ungkapnya.
Hal serupa dirasakan Onih terpaksa harus tinggal dirumah seadanya. Hingga saat ini, ia masih menunggu janji yang sebelumnya dicetuskan pemerintah untuk segera membangunkan rumah yang layak untuk para korban.
“Dulu kami dijanjikan rumah layak, tapi sampai sekarang belum ada. Kami hanya bisa berharap ada kebijakan baru agar nasib kami tak terus terkatung-katung,” tutur Onih.
Penderitaan Onih makin parah dengan berhentinya bantuan pangan yang sempat rutin diberikan. “Dulu kami sering diberikan bantuan sembako dan subsidi berupa bantuan uang Rp 600 ribu. Tapi itu hanya berjalan beberapa bulan setelah kejadian bencana, sekarang sudah jarang,” ungkapnya.
Meski masih dalam keterbatasan, warga Kampung Cigobang tetap berharap ada solusi nyata dalam waktu dekat. Mereka ingin pemerintah segera memberikan kepastian, bukan hanya janji yang terus diulur. Masyarakat pun berharap, tahun 2025 ini menjadi tahun terakhir mereka hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian.
Baca Juga: Lansia Asal Kabupaten Serang dilaporkan Hilang Hingga Kini Belum Ditemukan
Onih berharap huntap yang dinanti bisa segera terwujud demi kehidupan yang lebih baik bagi para korban bencana di Kampung Cigobang termasuk dirinya. (***)



















